Ketika PSSI Menunggu Titah Sang Wakil Ketua Umum
FDSInews – Terhitung, semenjak KLB Borobudur beberapa bulan yang lalu, Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husein sudah jarang tampil di depan umum. Entah itu sekedar untuk berkomentar tentang berbagai permasalahan PSSI, timnas, ataupun sepakbola Indonesia pada umumnya. Padahal, seperti yang diberitakan berbagai media, cukup banyak kasus-kasus dalam sepakbola Indonesia yang seharusnya bisa mengundang komentar orang nomor 1 di PSSI ini. Djohar Arifin Husein seakan menghilang.
Seperti kasus meninggalnya pemain Persiraja Akli Fairus, maupun kasus terlunta-luntanya pesepakbola asal Rusia Sergei Litvinovs. Keadaan ini kontras sekali dengan situasi sebelum KLB Borobudur. Dimana saat PSSI masih belum dikuasai para mantan pengurus KPSI, Djohar Arifin sering kali mengeluarkan statemen/pernyataan, hingga pada hal-hal yang remeh sekalipun.
Namun, saat ini sangat sulit menemukan pernyataan ataupun pemberitaan dari Ketua Umum PSSI. Yang ada, malah sang Wakil Ketua Umum, sekaligus Ketua Badan Tim Nasional La Nyalla Matalitti yang sering muncul dalam berkomentar. Seakan mengambil alih tugas sang ketua, La Nyalla Matalitti hampir mengurus segala tetek bengek dari PSSI.
Seperti dalam kasus akun twitter PSSI. Selama ini, sebuah akun yang mengatasnamakan @pssiofficial seolah menjadi juru bicara resmi PSSI di jagad dunia maya. Namun, setelah “terpergok” berkicau mendukung salah satu calon presiden, PSSI membantah sebagai pemilik akun tersebut. Dan kemudian langsung mengklarifikasi dengan meluncurkan akun twitter official resmi PSSI yakni @PSSI__FAI
Anehnya, pengumuman klarifikasi dan peluncuran akun twitter baru PSSI tersebut dinyatakan atas petunjuk Wakil Ketua Umum PSSI, La Nyalla Matalitti. Pertanyaannya, Apakah PSSI sudah tidak punya seorang Ketua Umum? Jika punya, kemanakah Djohar Arifin Husein, yang hingga saat ini secara de jure masih seorang Ketua Umum PSSI?
“Hilangnya” sang ketua umum seakan membenarkan persepsi banyak pihak, bahwa Djohar Arifin Husein hanyalah sekedar ketua boneka saja. Namanya dipakai hanya sekedar untuk formalitas organisasi. Sedangkan dalang sesungguhnya adalah sang wakil ketua umum, La Nyalla Matalitti.
(hmm)