Kolom Renungan Lima Alinea – Kosakata Baru Dalam Sepak Bola Kita
Oleh: Oryza Ardiansyah
Pemerintah memutuskan untuk menghentikan dana APBD untuk klub sepak bola profesional. PSSI memulai kompetisi dari nol dengan memverifikasi kembali semua aspek profesionalisme klub bersama Konfederasi Sepak Bola Asia.
Sialnya, ‘profesionalisme’ dalam sepak bola Indonesia adalah perbendaharaan kata baru. PSSI baru memperkenalkannya pada akhir 1970-an melalui Liga Sepak Bola Utama (Galatama). Sebelumnya, kita hanya mengenal kompetisi perserikatan yang cenderung amatir.
Disebut semiprofesional, pengelolaan klub Galatama sebenarnya masih jauh dari kata ‘profesional’. Satu-satunya aspek profesionalisme klub-klub itu adalah tidak adanya campur tangan negara dalam pendiriannya. Jangan tanya soal profesionalisme, karena sepak bola dihidupkan demi sebatas hobi.
Klub-klub Galatama didirikan dan dibiayai oleh individu pengusaha yang gila bola. Mungkin karena pendanaan bersumber tunggal, transparansi pengelolaan keuangan bukan menjadi isu utama. Tata kelola klub sepak bola modern diabaikan. Alhasil, Galatama membetot banyak penonton, namun sektor tiket gagal menghidupi klub. Satu persatu klub sepak bola Galatama datang dan pergi, timbul dan tenggelam.
Yang kolaps memilih mati, dan yang masih hidup terengah-engah mencari biaya. Hanya klub yang dimiliki pengusaha maniak bola macam Pelita Jaya yang relatif stabil, walau setiap tahun sang pemilik menanggung rugi karena tak memiliki penonton setia. Seberapa banyak kita butuh orang yang mau membuang uang demi hobi dan bukan demi keuntungan bisnis? []