Sepakbola Amatir
Oleh: Indra Gunawan
Sepakbola profesional itu bagi saya adalah sesuatu yang begitu besar, kenapa saya bilang demikian, karena saya hanya bisa menyaksikan secuil dari Sepakbola Profesional tersebut. Saya hanya bisa meyaksikan pertandingannya lewat televisi, kalaupun di Indonesia ada Liga Profesional, bagi saya semua itu masih semu.
Saya tidak mempunyai tim sepakbola, bagi saya memiliki tim sepakbola itu sangat mahal, sama hal nya dengan kita memiliki sebuah perusahaan. Kalau klub sepakbola Profesional saya sering sebut itu sebuah Perusahaan Besar, sedangkan klub amatir seperti perusahaan kecil.
Mari kita lihat sebuah tim amatir dari suatu kecamatan. Saya tinggal di satu Kabupaten yang kecil di Jawa Barat, saya kadang memperhatikan event sepakbola antar kecamatan. Dengan turnamen antar kecamatan yang diperkirakan memakan waktu satu bulan, untuk kelas amatir saja, itu memerlukan biaya yang cukup besar. 22 Pemain yang merupakan anggota tim memang tidak dibayar secara profesional, namun tetap biaya tersebut memang ada. Siapakah yang membiayai tim antar kecamatan tersebut?, Camat kah? Sponsor kah? warga kah? Atau sukarela saja? Siapa yang membiayai ketersedian kostumnya?Siapa yang membiayai air minum pemainnya? Pelatih kah? Apakah para pemain dan pelatihnya dikasih uang makan atau uang transportasi?.
Kita misalkan aja biaya sekali latihan dan sekali main per orang 10ribu rupiah, kita misalkan seluruh pemain dan pelatih berjumlah 24 orang, kita misalkan juga selama sebulan itu mereka 10 x latihan dan 8 kali bertanding, Secara hitung-hitungan matematika, biaya yang mesti dikeluarkan sebua tim sepakbola antar kecamatan yaitu (misal) : 10 ribu x (24) x (10+8) = Rp. 4.320.000. Bagi sebagian orang angka tersebut sangat kecil, namun angka tersebut akan menjadi besar jika berhubungan dengan target kemenangan dan kejuaraan. Tim juara tidak mungkin hanya latihan 10 x, pemain bagus sekarang kadang tidak cukup dengan uang 10 ribu rupiah per latihan dan per pertandingan, air minum saja di tiap latihan atau tiap pertandingan kadang tidak cukup untuk juara. Mau dibilang amatir seperti apa pun, pemain bagus antar kecamatan di jaman sekarang butuh “lebih”.
Saya tidak tahu keadaan antar kecamatan di daerah masing-masing, mungkin saja biayanya lebih minim, atau mungkin saja lebih besar. Perkiraan saya untuk sekelas tim Kabupaten/Kota, mungkin biaya itu akan membengkak 100 x lipat, karena untuk sekelas divisi 3 saja, dari mulai pendaftaran, akomodasi, biaya latihan, biaya pemain dan official akan membengkak. Itulah kenapa saya bilang punya klub sepakbola itu seperti mempunyai perusahaan, modal nya besar, dan entah keuntungannya apa untuk klub amatir. Klub Profesional luar negeri saja kadang tidak selalu untung, bagaimana dengan klub profesional di Indonesia? Mungkin perkalian biaya yang dibutuhkan untuk sepakbola profesional 1000 x lipat biaya membentuk klub antar kecamatan. Untuk itulah klub profesional mesti berbadan hukum, karena uang di dalamnya itu sangat besar.