SEPAK BOLA DAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA
Saat pertama kali pihak Kemenpora menghubungi saya untuk menjadi anggota TIM 9 dengan tugas memberi masukan kepada Menpora dalam memperbaiki persepakbolaan nasional, saya jelas merasa enggan. Saya merasa tidak faham seluk beluk organisasi persepakbolaan kita. Tentu saya menjawab tawaran itu dengan bahasa lunak bahwa saya akan pelajari dulu.
Pejabat Kemenpora yang menghubungi saya tentu merasakan keengganan saya untuk terlibat menjadi bagian Tim 9 ini karena masalah persepakbolaan memang bukanlah fokus utama perhatian saya.
Karena itu pula, barangkali, pada 30 Desember 2014, Menpora Imam Nahrawi, menilpon saya dan mengajak saya berbincang. Dalam pertemuan informal itu, ia menjelaskan apa yang menjadi kegusaran hatinya melihat kondisi persepak-bolaan Indonesia. Dalam pandangannya, persepakbolaan di tanah air saat ini, tidak saja miskin prestasi tetapi juga miskin sportifitas.
Setelah saya dijelaskan bahwa tugas TIM 9 tidak semata mata soal teknis namun juga hal lebih luas termasuk membangun karakter dan tata kelola organisasi olahraga sepakbola yang sehat, akhirnya saya menerima tawaran menjadi anggota Tim 9.
Saya memang memberanikan diri untuk menjadi bagian dari tim ini karena sumbangan fikiran yang diharapkan bukan hanya soal teknis manajemen persepakbolaan, tetapi juga bagaimana membangun jatidiri persepakbolaan kita yang dilandaskan pada sportifitas dan pada tata kelola organisasi yang baik.
Hari ini, rapat pertama TIM 9 dilakukan. Tidak semua anggota dapat hadir karena ada dua anggota yang berhalangan. Namun, dalam pembicaraan perdana yang terjadi, semua memiliki keprihatinan sama tentang kondisi persepak-bolaan di Indonesia. Dari diskusi panjang yang dilakukan, ada kesepakatan bahwa masalah “character building” dalam kaitan dengan membangun jatidiri bangsa melalui persepakbolaan sangatlah penting. Apa jadinya bila olahraga yang begitu banyak penggemarnya di Indonesia dan menjadi tontonan dan rujukan perilaku jutaan rakyat, carut parut karena rendahnya sportifitas, integritas, dan kapasitas para pemain, wasit dan pengurusnya? Apa yang bisa diharapkan dari persepakbolaan nasional kita bila dalam tata kelola organisasi tak menunjukkan praktek yang baik (good governance) sehingga miskin prestasi dan miskin sportifitas?
Lambang garuda jelas menjadi kebanggaan bangsa. Karena itu, lambang yang tersemat di dada setiap pemain sepakbola harus disertai tanggung-jawab. Mereka tidak hanya sekedar bertanding, tetapi juga membawa nama baik bangsa. Karena itu, tingkat sportifitas dan kapasitas dengan sendirinya menjadi tanggung-jawab yang harus diemban karena hal itu adalah bagian dari wajah bangsa. Pada saat yang sama, kepengurusan yang menangani persepakbolaan juga harus mendasarkan diri pada idealisme kebangsaan, bukan sekedar motif bisnis semata.
Karena posisi yang strategis inilah, negara dan seluruh rakyat Indonesia, harus ikut terlibat menjaga nama baik bangsa. Kita harus ikut mengawal perilaku pengurus, pemain, wasit, dan berbagai pihak yang dapat mempengaruhi organisasi persepakbolaan Indonesia agar tetap menjunjung tinggi sportifitas, menerapkan tata kelola yang baik dalam organisasi, dan sungguh sungguh dalam meningkatkan kapasitas.
Apa jadinya bila olahraga yang harusnya menjunjung tinggi sportifitas (fair play) ternyata malah terjerembab pada praktek kong kalingkong, penuh manipulasi yang akut, yang jauh dari nilai-nilai luhur keolahragaan? Bukankah tujuan olah raga selain meraih prestasi baik juga membangun nilai nilai sportif, jujur dan tanggung-jawab?
Karena itu, dalam pertemuan pertama Tim 9 hari ini, kami menyatukan tekad untuk ikut mendukung tumbuhnya tata kelola yang baik dalam pengelolaan olah raga, khususnya dalam dunia sepakbola Indonesia. Kita ingin dunia persepakbolaan kita berlandaskan pada karakter yang baik.
Tugas Tim 9 adalah mencari terobosan yang baik agar kemelut yang menimpa persepakbolaan kita mendapatkan jalan keluarnya. Dalam upaya ini, tentu seluruh saran, masukan, pemikiran dari berbagai lapisan sangat dibutuhkan. Karena itu, Tim 9 membuka lebar lebar telinga untuk mendengar apapun masukan dari seluruh anak bangsa.
Apapun hasilnya nanti, Tim 9 akan menyerahkan hasil pemikirannya kepada Menpora untuk dijadikan pertimbangan dalam melangkah mencari jalan keluar. Semoga niat baik dalam mendorong tumbuhnya “character and nation building” di dunia persepak-bolaan nasional ini mendapatkan dukungan dari segenap bangsa Indonesia dan selalu mendapat perlindungan dan rakhmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Amien. #iPras2015