Rezim PSSI Akan Dibekukan 3-4 Tahun
Jakarta – Dihentikannya kompetisi QNB yang baru menjalankan beberapa pertandingan membuat peta konflik antara Menpora dan rezim ilegal PSSI makin mengerucut dan tajam. Status ‘force majeure’ juga sudah dimaklumatkan oleh rapat Exco PSSI. Dimana hal ini berarti secara sepihak klub boleh tidak membayar kewajiban gajinya kepada pemain.
Apakah bakal terjadi chaos di sepakbola nasional? Menurut Ari Wibowo direktur LSM SEMPRIT (Sepakbola Menuju Prestasi Tertinggi), semua dinamika ini sudah masuk dalam kalkulasi Menpora sebelumnya. Jadi tak akan terjadi chaos karena sudah diantisipasi sebelumnya.
Lebih lanjut Ari menyampaikan opini dan prediksinya, bahwa jauh sebelum hal ini terjadi, semua potensi manuver dari rezim La Nyalla sudah dipetakan. Termasuk hal-hal paling buruk sekalipun. Semua pihak mengetahui bahwa rezim ini solid karena didukung kartel sepakbola yang dijalankan oleh pihak manajemen klub. Itu adalah strong point mereka.
Tetapi titik lemah dari rezim ini ada pada periuk nasi stake holdernya, yaitu pemain dan pelatih. Mereka tidak kuat menghadapi tekanan dalam jangka panjang. Ada titik dimana mereka tidak tahan puasa gaji, dan akhirnya mereka lebih rasional menyikapi kondisi terkini. Tak akan ada lagi loyalitas terhadap rezim, terhadap klub lama atau ketakutan atas sebuah intimidasi. Asal ada kompetisi yang berputar (apapun namanya, siapapun operatornya) maka mereka siap tampil sepanjang memberikan income. Apalagi bulan Juni adalah bulan puasa, dan bulan Juli ada Lebaran.
Satu poin penting yang wajib diketahui oleh siapapun adalah bahwa status pembekuan ini tak akan dicabut oleh Menpora sampai kapanpun, hingga semua klub tunduk kepada pemerintah guna mengikuti penataan ulang sepakbola nasional yang akan dilakukan oleh Menpora. Jadi bukan hanya dalam hitungan bulan, melainkan bisa sampai 3-4 tahun kedepan.
Klub-klub QNB League sudah diajak berkoordinasi memutar liga, juga sudah diperintahkan memutar kompetisi. Tapi menolak demi solidaritas irasional kepada 2 klub yang dilarang bertanding. Kini tugas tersebut ada pada tim transisi yang akan dibentuk minggu ini.
Tim transisi akan dibagi menjadi 2 divisi, yaitu Divisi Mediasi dan Divisi Kompetisi. Divisi Mediasi bertugas menjalin komunikasi dengan klub agar bersedia mengikuti kompetisi ISL dan bersedia mengikuti kongres guna mengganti rezim La Nyalla yang tak diakui oleh pemerintah. Diharapkan paling lambat tahun 2017 mendatang, 16 klub peserta ISL sudah bersedia untuk berkompetisi kembali, ditambah Arema dan Persebaya yang sudah menyelesaikan konflik dualismenya.
Divisi Kompetisi bertugas menggelar ISL Transisi guna mengisi kevakuman kompetisi. Tujuannya adalah memberi kesempatan kepada semua stake holder yang bermata-pencaharian di dunia sepakbola. Meskipun namanya mengandung kata ISL, tetapi label transisi memberi penegasan bahwa ini bukanlah ISL sesungguhnya yang ada didalam statuta PSSI. Ini cuma kompetisi sementara yang tidak akan permanen dan tidak berafiliasi ke FIFA AFC. Peserta kompetisi ISL yang sesungguhnya tetaplah 16 + 2 klub yang masih tersandera oleh rezim La Nyalla.
Siapa klub peserta di ISL Transisi? Diprioritaskan klub ISL yang berani melawan arus. Jika belum genap 18 klub dibuka kesempatan kepada klub-klub divisi utama. Jika masih belum genap juga, akan dibuka kesempatan kepada klub dari Liga Nusantara. Meskipun sifatnya terbuka, tetap saja ada kriteria yang akan ditentukan untuk menjaga standar mutu kompetisi dari aspek profesionalismenya. Pemain yang semula terikat kontrak dengan klub lama yang mogok berkompetisi akan dberi kesempatan memilih klub barunya di ISL Transisi.
Kompetisi ISL Transisi ini diperkirakan baru bisa diputar pertengahan Juni mendatang memasuki bulan puasa, karena menunggu dinamika berubahnya mental pemain, pelatih dan semua perangkat pertandingan menuju mental yang lebih rasional. Jika tuntutan menghidupi keluarga didepan mata, maka dengan sukarela mereka akan bersedia berkompetisi.
Setelah ISL Transisi bergulir, selanjutnya Divisi Utama Transisi juga akan mulai diputar pada awal Juli, sehingga kevakuman kompetisi tidak terjadi terlalu lama. Pemain, pelatih dan perangkat pertandingan tak perlu resah karena ada kompetisi yang diputar dan ada penghasilan.
Dalam kondisi transisi sampai dengan tahun 2017 atau 2018 mendatang, untuk sementara partisipasi timnas di event internasional dihentikan karena sepakbola nasional akan ditata ulang demi prestasi yang lebih baik. Demikian hasil perbincangan Ari Wibowo selaku Direktur LSM SEMPRIT dengan media. (3 Mei 2015)