PSSI Membunuh Timnas U-19 Pelan-pelan
Oleh: Anwar Saksono*
Lama tidak menyaksikan pertandingan sepak bola di layar kaca, karena base camp yang tanpa TV dan baru punya kesempatan menyaksikan pertandingan sepak bola ketika hari Jum’at pulang kerumah. Itupun harus berebut dengan orang rumah yang menunggu siaran idol.
Sudah beberapa Jum’at saya sempat menyaksikan pertandingan sepak bola dari kesebelasan yang menjadi harapan masa depan sepak bola Indonesia, siapa lagi kalau bukan Timnas U-19. Hampir setiap pertandingan saya selalu sempatkan diri untuk sebentar menyaksikan aksi dari tunas – tunas muda kita.
Ada beberapa catatan yang mungkin agak terlewatkan pada akhir – akhir ini, maklum. . . . .Indonesia sedang sibuk dengan persiapan pemilihan presiden.
Ketika awal – awal uji coba di tour nusantara dan tour Timur Tengah, timnas U-19 selalu dalam posisi yang menggembirakan dunia sepak bola Indonesia, yaitu selalu bermain cantik dan menang, tidak pernah terlihat di lapangan pemainan kasar atau brutal dilakukan oleh pemain – oemain U-19.
Tapi akhir – akhir ini, ketika main di depan publik sendiri, ketika pemain – pemain muda kita kesulitan mencetak gol, mereka mulai main kasar dan kadang cenderung tidak sesuai dengan peraturan permainan sepak bola yang ada. Mengapa demikian ?
Ya, mengapa demikian. Ketika beberapa gol dapat diciptakan lewat bola – bola mati dekat dengan daerah penalti, maka pemain – pemain kita mulai melakukan diving untuk mendapatkan hadiah tendangan bebas untuk menciptakan gol.
Lebih parahnya lagi, ketika PSSI memilih wasit yang sangat tidak netral dalam memimpin pertandingan. Dari dua pertandingan terakhir yang saya saksikan, terlihat sekali, bagaimana wasit yang memimpin pertandingan sangat berat sebelah.
Protes kesebelasan Yaman pada keputusan penalti untuk U-19 dan pemberian kartu merah pada pemain Libanon yang memprotes bola play padahal jelas dari siaran ulang jika bola yang ditendang pemain U-19 sudah keluar garis.
Sebaiknya PSSI dan jajarannya menghilangkan anggapan bahwa kesebelasan U-19 adalah kesebelasan yang tidak terkalahkan, sehingga PSSI bisa memilih seorang wasit yang benar – benar netral dalam memimpin pertandingan. Bukankah dengan demikian para pemain kita mendapatkan suasana pertandingan yang benar – benar sesuai aturan – aturan yang ada dalam menghadapi pertandingan bulan Oktober nanti.
Jangan bunuh pelan – pelan kesebelasan U-19 dengan ketidak netralan wasit yang memimpin pertandingan mereka. Jangan biarkan mereka bermain curang hanya untuk mendapatkan tendangan bebas yang bisa menhasilkan gol bagi mereka.
Ingat kunci permainan sepak bola yang selalu diusung ketika pertandingan akan dimulai, yaitu Fair Play.
*penulis di kompasiana. Tulisan ini juga dimuat di kompasiana dengan judul yang sama