Ketika Orang Luar Berebut Duduk Di Bench
FDSInews – Sepakbola Indonesia sepertinya tidak mengenal aturan baku. Terlalu banyak peraturan-peraturan yang semestinya ditaati, malah diabaikan dan jadi permakluman tersendiri. Salah satunya adalah peraturan tentang siapa yang berhak duduk di bench (bangku cadangan).
Merunut pada draf manual liga yang dikeluarkan PT Liga Indonesia (PT LI), bangku cadangan (bench) hanya diperuntukkan bagi personil yang kompeten seperti jajaran pelatih, pemain cadangan dan dokter tim.
Seperti tersurat pada Pasal 30 ayat 1 dan 34 ayat 8, 14 tempat duduk yang harus disediakan panitia penyelenggara pertandingan tidak diperuntukan bagi petinggi klub.
Pasal 30 ayat 1 menyebutkan: Hanya 7 (tujuh) ofisial (satu di antaranya harus dokter tim) dan 7 (tujuh) pemain cadangan yang diperbolehkan duduk di bangku cadangan (bench) tim dengan total 14 (empat belas) orang.
Nama-nama dari personil dan fungsinya harus terdaftar di formulir pertandingan dan mendapatkan pengesahan dari pengawas pertandingan.
Pengawas pertandingan dapat melakukan pengusiran terhadap personil yang tidak berhak berada di bangku cadangan (bench) serta memastikan personil yang berada di bangku cadangan (bench) bukan personil atau orang lain yang tidak berkompeten.
Sementara pada Pasal 34 ayat 8: Personil klub yang terdaftar dalam manajemen klub (presiden, ketua umum klub, sekretaris jenderal dan lainnya), tidak diperbolehkan dimasukkan di dalam formulir pertandingan sebagai ofisial.
Tapi apa daya, peraturan tersebut seolah hanya sekedar formalitas belaka di sepakbola Indonesia. Petinggi-petinggi klub, atau bahkan orang-orang yang tidak mengerti teknis pertandingan seolah berebut untuk duduk di bench. Entah apakah mereka bermaksud mengintervensi taktik sang pelatih, atau ada alasan lainnya.
Seperti yang terlihat pada sebuah pertandingan dari klub Persib Bandung. Umuh Mohtar, yang notabene bukan tim teknis di lapangan, santai saja duduk di bench. Bahkan, beberapa waktu lalu juga nampak Zaenuri Hasyim dan Kuswara S. Taryono yang merupakan komisaris PT PBB.
Tak cuma Persib Bandung, beberapa klub ISL juga “mengijinkan” petinggi klub atau orang luar untuk duduk di bench. Seperti Arema Cronous yang mengijinkan CEO-nya Iwan Budianto, atau bahkan Sriwijaya FC, yang mengijinkan Gubernur Sulsel Alex Noerdin untuk duduk di bench.
Bandingkan dengan situasi di sepakbola luar negeri. Aturan yang mungkin disini dianggar remeh itu dipatuhi dengan nyata oleh klub. Tak seorangpun orang luar, meski dia itu pemilik klub sekalipun diperbolehkan duduk di bench. Bahkan seorang Silvio Berlusconi, ataupun Roman Abrahamovic tak pernah terlihat duduk di bench klubnya selama pertandingan berlangsung.