Indra Sjafri Akui Dirinya Menjadi Sirkus Demi Kepentingan Komersialisasi PSSI
FDSInews.com – Prestasi melejit Timnas U-19 tahun lalu membuat tim yang dihuni oleh Evan Dimas cs tersebut menjadi sorotan seantero negri ini. Terlebih anak asuh Indra Sjafri ini berhasil lolos ke Piala Asia U-19 setelah menaklukan raksasa sepak bola Asia, Korea Selatan pada babak kualifikasi.
Semua pihak mengklaim bahwa generasi Timnas U-19 adalah generasi Tim Nasional terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Mulai dari klaim Indra sendiri yang mengatakan timnya sudah sekelas tim Eropa sampai dijadikanya generasi emas ini sebagai tayangan komersil suatu produk perawatan rambut.
Memiliki kesempatan untuk menambah kas organisasi, PSSI tak mau menyia-nyiakanya. Beralasan sebagai badan otoritas sepak bola yang mandiri tanpa mengandalkan dana dari pemerintah (APBN), PSSI coba ‘menjual’ Timnas U-19. Hal tersebut diakui Indra Sjafri, seperti dirilis oleh Republika Online dalam sesi wawancara.
Selain itu Indra juga mengatakan PSSI tidak mempunyai standar kerja yang baik, sehingga standar gagal atau tidaknya seorang pelatih Timnas tidak jelas. Seperti diketahui, Aji Santoso juga gagal total di Asian Games, meski lolos dari fase grup prestasi itu dianggap biasa saja karena Indonesia berada pada grup yang diisi oleh tim yang kekuatanya dibawah, bahkan pada pertandingan terakhir menghadapi Thailand, Indonesia dibantai telak dengan skor 6-0, namun Aji tidak diberhentikan.
“Standar gagal tidak gagal yang dimiliki PSSI tidak jelas. Memang saya tidak bisa mencapai target yakni tidak lolos Piala Dunia U-20 di Selandia Baru, tetapi dari tiga target yang dibebankan kepada saya, saya berhasil memenuhi dua target, yakni menjuarai Piala AFF dan meloloskan tim ke Piala Asia. Selain itu saya berhasil membentuk identitas permainan timnas U-19, yakni permainan bola-bola pendek. Secara fisik dan teknik, para pemain juga mengalami banyak peningkatan,” ujarnya.
Selain itu, Indra juga mengatakan manajemen Timnas (BTN) telah melakukan kesalahan sehingga merusak program jangka panjangnya. Indra seolah-olah dipaksa menjadi sirkus guna kepentingan komersialisasi PSSI.
“Untuk TC (Training Camp) jangka panjang (Tur Nusantara, red) memang kita yang merancang. Tapi prosesnya dirusak oleh manajemen (BTN). Awalnya kami rancang bermain di 5 Kota guna menemukan bibit-bibit terpendam lainya, namun yang terjadi kami berpindah-pindah seperti sirkus, hal yang wajar disaat PSSI butuh dana untuk menyiapkan Timnas yang lain sedangkan Timnas U-19 sedang laku dijual, kalau tidak menuruti (BTN) PSSI dapat dana dari mana? PSSI tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah,” tambah Indra.
Dalam sesi wawancara itu juga disinggung mengenai gagal berangkatnya Evan Dimas dkk ke Piala COTIF di Spanyol.
“Itu juga mempengaruhi, saya sudah jauh-jauh hari meminta untuk melakukan TC di Eropa dan mengikuti turnamen COTIF. Justru kami diikutkan ke turnamen HBT (Hassanal Bolkiah Trophy) dan BTN mengirim tim lain (Timnas U-19B), meski pada akhirnya kami dipaksakan juga ke Eropa namun justru itu berdampak negatif karena waktu yang mepet dan anak-anak kelelahan,” tambah Indra. (ef14)