Akankah Formasi 3-5-2 Menggeser Trend Skema 4-2-3-1?

Pada 2 August 2014 05:11 WIB
Prev1 of 3Next

FDSInews – Louis Van Gaal, seorang meneer yang sukses mengambil perhatian khalayak ramai dengan strategi dan keputusannya yang sangat unik di piala dunia 2014. Datang dengan skuad yang seadanya dan diragukan untuk lanjut ke babak 16 besar, LVG sukses memberikan tontonan yang akan dikenang selamanya oleh Iker Cassilas dkk di pertandingan pertamanya, skor 5-1 untuk Belanda. Padahal ini bukan pertandingan futsal dan lawannya adalah Spanyol sang juara dunia yang sukses menjajah sepakbola dengan tiki-takanya yang semakin usang. Formasi yang dimainkan oleh Van Gaal juga cukup unik di pertandingan kali ini: 3-5-2, dengan menyisakan Robin van Persie dan Arjen Robben di depan. Formasi ini juga terus dimainkan sampai Belanda akhirnya sah menempati posisi ketiga setelah mempermalukan Brazil dan harus diingat kalau Belanda tim yang tak pernah kalah di Piala Dunia (dalam waktu 90 menit+30 menit) bersanding dengan Jerman. Ada apa sih 3-5-2 itu? Seistimewa itu?

Sebenarnya 3-5-2 ini sudah dipopulerkan kembali oleh Antonio Conte di Juventus. LVG hanya mendapatkan sorotan yang “agak” sedikit dilebih-lebihkan karena dia menerapkannya di Piala Dunia, event mahaakbar saat semua mata dunia melihat ke sana. Selain itu formasi 3-5-2 merupakan anomali dibanding formasi 4-2-3-1 yang dipakai sebanyak 20 kali selama gelaran Piala Dunia 2014 (sumber:panditfootbal), tak heran kalau LVG makin nge-hits aja di Piala Dunia 2014. Conte sukses meraih scudetto 3 kali berturut turut dengan skema 3-5-2 dengan menempatkan Chiellini-Barzagli-Bonucci sebagai back three dan Pirlo-Vidal-Marchisio bergantian mengamankan lini tengah. Bisa kita lihat sendiri kan bagaimana lini tengah Juve di tiga musim itu?

Terus siapa lagi yang sukses dengan 3-5-2?

Carlos Bilardo sukses mempopulerkan 3-5-2 di dunia internasional karena membawa Argentina juara dunia pada Piala Dunia 1986 dengan formasi tersebut. Empat tahun kemudian Jerman Barat sukses membawa trofi Piala Dunia setelah Franz Beckenbauer ikut-ikutan menggunakan formasi 3-5-2 tersebut dan 4 tahun setelahnya Brazil juga sukses menjadi champions of the world dengan formasi yang sama. Namun tren 3-5-2 kian usang seiring modernnya sepak bola yang menggunakan formasi 4-3-3 dan 4-2-3-1, karena skema wingback dan dua striker di era sekarang semakin ditinggalkan. Barulah kemudian Antonio Conte datang untuk menghidupkan kembali 3-5-2 ini.

Seperti Apa formasi 3-5-2 ini?

3-5-2 adalah formasi yang cukup cair dalam transisi bertahan dan menyerang. Ketika menyerang, wingback bertugas untuk mengisi posisi lini tengah dan mengalirkan bola ke depan. Di Juventus ada Giancherini dan Caceres/Lichsteiner yang bertugas mengisi posisi ini dan ketika bertahan 3-5-2 akan secara otomatis berubah menjadi 5-3-2 dengan wingback yang turun lebih dalam ke jantung pertahanan tim. Jadi sudah jelas dengan formasi ini para wingback harus punya daya disiplin dan tingkat kebugaran fisik yang tinggi. Selain itu 3-5-2 menyisakan satu orang untuk ditempatkan di backthree untuk melakukan insiasi serangan, yang mana di Juve tugas ini dimainkan apik oleh Andrea Pirlo.

Formasi ini mempunyai kelebihan di mana lini tengah permainan akan lebih banyak dikuasai oleh si empunya taktik karena jumlah gelandang yang sangat banyak di lini tengah. Selain itu, transisi yang cair memungkinkan tim untuk cepat melakukan counter attack. Kita bisa lihat bagaimana skema dua gol robben yang membuat ramos masih terus berlari sampai sekarang, adalah skema counter attack yang cepat. Skema dua striker juga memusingkan bek lawan siapa yang akan di-marking? Siapa yang akan mengawasi pergerakan bola? Apalagi striker-nya macam Robben dan RVP. Skema 3-5-2 juga membutuhkan pemain box-to-box player tangguh macam Arturo Vidal dan Sneijder guna menstabilkan lini pertahanan dan membuat lubang di lini pertahanan lawan.

Prev1 of 3Next

Komentar Pengunjung

Facebook Auto Publish Powered By : XYZScripts.com