Demi 2 Klub, Kepentingan Negara Juga Bakal Dikorbankan

Pada 26 April 2015 12:03 WIB

Jakarta, fdsinews.com – Konflik sepakbola nasional antara PSSI melawan Menpora sepertinya bakal berkepanjangan dan menelan banyak korban. Tekad Menpora yang ingin menata ulang kompetisi sepertinya mendapat perlawanan habis-habisan dari rezim La Nyalla cs. Bahkan ada kasak-kusuk konflik ini akan mengorbankan kepentingan negara, yaitu menyandera timnas Indonesia yang seharusnya berlaga di Sea Games (U23) dan timnas senior di Pra Piala Dunia.

Demikian kabar update dari Ari Wibowo selaku direktur LSM SEMPRIT (Sepakbola Menuju Prestasi Tertinggi) ketika dijumpai oleh media.

Ari mengatakan rezim yang dibekukan ini akan memberi tekanan kepada Menpora dengan cara menyandera pemain-pemain klub agar tidak bersedia memperkuat timnas. Jika tak ada pemainnya, dipastikan Indonesia absen di Sea Games dan PPD yang keduanya berlangsung Juni  2015 mendatang.

Langkah selanjutnya adalah melakukan pembusukan opini melalui media-media yang pro PSSI, bahwa ini semua terjadi akibat langkah Menpora yang membekukan kepengurusan PSSI sehingga kompetisi tidak bisa berputar. Padahal publik tahu bahwa Menpora mengambil inisiatif mengumpulkan semua klub peserta QNB League pada tanggal 26 April 2015 guna membahas kelanjutan kompetisi (yang dihentikan sendiri oleh PT LI), tetapi justru direspon dengan rencana aksi boikot berjamaah oleh klub-klub itu sendiri.

Artinya konflik ini bakal makin berlarut-larut, hanya demi memperjuangkan keikut-sertaan 2 klub yang tak mendapat rekomendasi BOPI yaitu Arema dan Persebaya. Pelatih dan pemain tak bisa berkompetisi, suporter dan publik tak bisa menyaksikan hiburan sepakbola. Periuk nasi mereka bakal terganggu hingga konflik ini berakhir. Semua tekanan ini dengan sengaja akan dilakukan oleh rezim La Nyalla agar Menpora mencabut status pembekuan dan mengijjnkan kompetisi tetap diputar dengan 18 klub.

Ari sendiri berpendapat bahwa langkah Menpora sudah kepalang basah. Berani membekukan PSSI artinya sudah siap menerima resiko jatuhnya banned FIFA, dengan konsekwensi tidak dapat berpartisipasi di event internasional. Jadi jika saat ini kondisi tersebut akan dijadikan posisi tawar oleh rezim La Nyalla, seharusnya tidak berpengaruh. Anggap saja seolah Indonesia sudah kena banned dan tak boleh berpartisipasi.

Menpora harus konsisten dengan sikapnya yang ingin menata ulang PSSI dan kompetisi, karena momentumnya sudah didapat dan dukungan kepada Menpora terus mengalir dari mana-mana. Cepat atau lambat, klub-klub tersebut akan melunak dan bersedia kompromi dengan Menpora, karena sepakbola tetaplah sepakbola yang harus diimplementasikan dalam kompetisi yang sesungguhnya.

Rezim La Nyalla mungkin justru akan semakin tersudut oleh arus suporter bawah yang tidak peduli dengan kartel kepentingan para elite klubnya, tetapi ingin menyaksikan pertandingan sepakbola di alam nyata. Pelatih dan pemain juga tak mau mengganggur dan sekedar jadi obyek sandera rezim PSSI melawan pemerintah. Mereka ingin mendapatkan penghasilan, terutama menghadapi bulan Ramadhan dan Lebaran nanti.

Ending dari konflik ini sepertinya masih panjang, kisaran pertengahan bulan Juni 2015 mendatang, sebelum tiba bulan Ramadhan. Demikian Ari menutup pembicaraan. (26 April 2015)

Komentar Pengunjung

Facebook Auto Publish Powered By : XYZScripts.com