Tips Dan Standar Seorang Komentator Sepak Bola
Mau jadi komentator bola berbobot seperti Bung Kusnaeni, Binder Singh, Hardimen Koto dan komentator sepak bola lainnya? simak tips dan standar berikut ini……..
1. Mengenal karakteristik serta historisitas pemain-pemain dari kedua klub yang sedang bertanding
Tidak jarang seorang komentator sepakbola harus mengulas line-up atau formasi yang diturunkan oleh pelatih dari tim yang sedang bertanding. Mengenali karakteristik pemain akan membantu penikmat sepakbola untuk memahami bagaimana membaca strategi yang sedang diusung oleh tim kesayangan mereka. Ia seolah membimbing para penikmat sepakbola, untuk mengetahui kualitas kedalaman sebuah tim, melalui analisa formasi, pemain inti dan pengganti, potensi perubahan formasi dan bahkan filosofi strategi.
Selain itu, tidak kalah penting untuk mengenal historisitas atau kesejarahan dari pemain tersebut. Tidak jarang, cara dan gaya permainan seorang pemain dipengaruhi oleh pengalaman masa lalunya. Ada pemain, pelatih atau liga tertentu yang menempanya untuk menjadi pemain seperti ini. Historisitas juga merupakan kunci untuk memudahkan para pendukung sebuah kesebelasan untuk mengenal respon emosi internal yang terjadi di lapangan. Contohnya dalam duel yang penting seperti pertandingan derby, big match atau partai final, sang komentator mengerti pemain-pemain tertentu yang pernah membela tim lawannya atau memiliki kasus khusus, misalnya pertikaian berbasis tindakan rasis antara Evra dan Suarez.
2. Memiliki data statistik terkait dengan klub maupun pemain yang sedang bertanding
Ada tiga kebohongan di dunia ini. Yang pertama adalah statistik, yang kedua adalah statistik, dan yang ketiga adalah statistik. Statistik seringkali diragukan keabsahannya. Namun, secara paradoks, data statistik seringkali menolong para penikmat untuk mengetahui atribut-atribut tertentu yang menarik disajikan. Misalnya, Xavi Hernandez memiliki passing terbanyak di Liga Champion tahun 2011, dengan jumlah dua kali lipat dari peringkat kedua, yakni Alex Song. Dengan demikian para pemain akan mengerti kualitas seorang pemain secara objektif, tanpa terjebak pada fanatisme buta semata.
3. Memiliki kemampuan verbal: Mencakup kosakata, intonasi suara dan dramatisasi kejadian
Kemampuan berbicara adalah kemampuan yang wajib diumiliki oleh seorang komentator. Saya berharap stasiun televisi memperhatikan dan menyeleksi hal ini dengan ketat. Mengapa? Karena masih banyak ditemui beberapa stasiun TV di tanah air yang (dengan sengaja) mengundang komentator tertentu yang tidak memiliki kemampuan verbal yang baik. Bahasanya berbelit-belit dan sulit untuk dimengerti, bahasa berbunga-bunga (Misalnya: Saaaayangg seribu sayaang saudaraaaa!), bahkan beberapa diantara mereka tidak mengerti sepakbola. Benar sekali. Tidak jarang para artis, dan bahkan tokoh politik yang tidak tahu menahu diundang hanya untuk mendongkrak popularitas acara dan “menyejukkan mata”. Hal ini tentu disayangkan.
Elemen yang penting dibahas mengenai kemampuan verbal adalah kosakata, intonasi suara dan kemampuan untuk mendramatisasi kejadian. Kosakata haruslah luas dengan berbagai variasi kreatif. Mana mungkin penonton tertarik untuk mendengar 90 menit komentator berbicara, “Aliyudin kepada Bustomi, Bustomi kepada Bambang, Bambang kepada Irfan, Irfan kepada Hariono, Hariono, yak, salah umpan pemirsa.” Tentu sangat membosankan bukan? Atau mengenai dramatisasi kejadian. Beberapa komentator bahkan tidak dapat mendramatisasi peluang terjadinya gol dengan baik. Bahkan ketika gol terjadi, ia hanya berkata dengan nada datar, “Rupanya gol, pemirsa”. Apa yang ingin anda lakukan terhadap komentator dengan model seperti ini?
3. Tidak melakukan kesalahan penyebutan nama pemain
Komentator juga manusia. Kesalahan dapat dilakukan. Namun jika kesalahan dilakukan berulang kali, hal itu jelas merupakan penyakit kronis yang memalukan. Bayangkan jika komentator beberapa kali melakukan kesalahan penyebutan nama pemain pada saat pertandingan El-Classico. “Ronaldo memberikan bola kepada Ozil. Eh, maksud saya Kaka. Puyol dengan sigap melakukan tekel. Pelanggaran! Tekel keras menghasilkan kartu kuning untuk Puyol! (Dan dua menit kemudian muncul info-box bahwa yang melakukan pelanggaran adalah Abidal). Maaf permirsa, maksud saya adalah Abidal.” Wah, Puyol dan Abidal kan sangat berbeda lahir batin, bro!
4. Mengetahui kejadian-kejadian tertentu di luar lapangan yang berpotensi terkait dengan pertandingan
Poin plus bagi komentator apabila ia juga mengetahui gosip terkini mengenai kondisi di luar lapangan menjelang pertandingan. Misalnya kasus pencurian sepatu Cristiano Ronaldo menjelang partai semifinal Liga Champion beberapa hari yang lalu. Hal ini membuat kecewa punggawa Real akan keamanan di Muenchen sehingga memicu adanya sebuah kondisi emosional tertentu yang dialami anak asuh Mourinho, mengenai Lionel Messi yang baru saja dikaruniai momongan, Gattusso dan Cassanno yang mulai sembuh dari penyakitnya, Abidal yang baru sembuh dari operasi sehingga Puyol memberikan penghormatan untuk mengangkat piala pertama kali pada final Liga Champion sebagai bentuk penghormatan dan fakta-fakta lain yang memperkaya pengetahuan penikmat sepakbola.
5. Bersikap netral dan tidak berat sebelah
Sebagai seorang komentator sepakbola, saya percaya mereka juga memiliki tim dan pemain favorit. Namun demikian, adalah hal yang wajib bagi mereka untuk memiliki profesionalisme untuk tetap tidak berat sebelah. Ia harus memberikan apresiasi kepada kemenangan tim lawan yang bermain cantik, sekalipun yang dibabat habis adalah tim kesayangannya. Ia tak boleh bersorak kegirangan saat tim kesayangannya mencetak gol, dan sebaliknya marah saat kebobolan saat sang komentator sedang bertugas.
Menjadi seorang komentator sepakbola bukanlah pekerjaan yang mudah. Ia memiliki tugas moral yang dalam. Untuk pertandingan internasional seperti Liga Champion, komentator pertandingan memang biasanya lebih banyak diserahkan kepada komentator asing. Namun jika satelit berhalangan, komentator lokal dan pembawa acara harus siap untuk menggantikan. Dari tulisan ini, kita dapat melihat, bahwa komentator berkonstribusi untuk mencerdaskan para penonton sepakbola untuk mengetahui banyak informasi. Sehingga saya berharap, stasiun TV tidak gegabah dalam memilih komentator dalam mengulas sebuah siaran sepakbola.
Penulis: Jonyekoyulianto
*tulisan ini juga diposting di blogdetik dengan judul: Komentator: Edukator Masyarakat Sepak Bola