Meneropong Gerakan RD.
Pada 28 July 2015 14:46 WIB
fdsinews.com – Gerakan Rahmad Darmawan dan kawan-kawan, mengadu kepada Komnas HAM, pada Senin 27 Juli 2015, meminta SK Pembekuan PSSI tanggal 17 April 2015 supaya dicabut, adalah tindakan yang sangat terlambat dan justru menjadi perdebatan. Sikap pro dan kontra meluas di media sosial menanggapi gerakan RD tersebut.
Dahulu ketika ada pemain asing mati karena tak sunggup bayar biaya rumah sakit akibat gajinya tidak dibayar, dimana RD ? Ketika banyak pemain sepakbola professional juga pelatih sepakbola yang gajinya tertunggak sampai 5 bulan bahkan ada yang akhirnya tidak dibayarkan oleh manajemen klub, RD tak melakukan reaksi apapun untuk membela hak-hak pemain dan pelatih tersebut. Lalu ketika banyak klub-klub professional (ISL maupun Divisi Utama) krisis keuangan (akibat pengelolaan klub yang tidak profesional) , dimana RD ? Marak terjadinya pengaturan skor, sepakbola gajah, dan mafia sepakbola melanda persepakbolaan kita, dimana RD ?
Lalu apa maksud dan tujuan RD tiba-tiba melakukan gerakan mengadu ke Komnas HAM ? Pesan yang dapat ditangkap dari maksud gerakan RD ternyata sangat menonjol hanya soal perut. Dalam paparan pengaduannya ke Komnas HAM, RD dan kawan-kawan sangat mendramatisasi kehidupan pemain bola, pelatih, wasit dan lainnya, pasca pembekuan PSSI. Sementara kenapa PSSI dibekukan RD tak peduli. Apa dan bagaimana konsep mengeloloa sepakbola yang baik dan benar setelah pembekuan, RD seolah tak mau tahu peduli. Dengan kata lain, silahkan terjadi terus pengaturan skor, sepakbola gajah dan mafia sepakbola, yang penting perut kenyang. Hal-hal inikah yang diinginkan RD ?
Pertanyaan muncul, apakah kita sebagai manusia hidup hanya dan untuk roti ? Ulama Besar Buya Hamka, pernah mengatakan : “ Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup, jika kerja sekedar kerja, kera juga bekerja.” Ini artinya, manusia itu tidak hanya sekedar hidup dan bekerja, tapi menggunakan akal untuk melihat situasi sekitar. Apakah sekitar kita rusak. Jika rusak harus diperbaiki, bukan didiamkan dan terjebak dalam kerusakan itu.
(WW)