Ketika Standar Keselamatan Sepak Bola Diabaikan Klub Indonesia

Pada 6 June 2014 10:19 WIB
Prev1 of 2Next

FDSInews – Meninggalnya pemain Persiraja Akli Fairus seakan menyentak publik sepakbola Indonesia. Mereka pun seakan disadarkan oleh kenyataan, betapa klub-klub Indonesia banyak yang mengabaikan standar keselamatan dalam sepak bola. PSSI, sebagai induk organisasi sepakbola Indonesia serta PT. Liga sebagai operator kompetisi pun seakan turut lalai dalam menerapkan standar keselamatan tersebut. Terbukti, PSSI hanya mampu menegur PT. Liga untuk segera bertindak terkait kedisiplinan klub dalam menjalankan standar keselamatan tersebut. Tindakan yang terlambat, dan baru diambil ketika sudah jatuh korban.

Padahal, sudah lama FIFA mewajibkan klub-klub profesional melengkapi diri dengan standar keselamatan, yang kesemuanya sudah diatur dalam Law of The Game.

Yang pertama adalah standar medis untuk tenaga kesehatan, baik yang disiapkan oleh masing-masing klub maupun yang disediakan oleh penyelenggara pertandingan.

Pada dasarnya, setiap klub minimal wajib memiliki seorang dokter dan seorang fisioterapis dengan standar yang sudah ditetapkan oleh FIFA. Tidak bisa sembarang. Dokter-dokter di lapangan harus sudah memiliki sertifikat pelatihan penanganan medis sepakbola dari FIFA, atau dari asosiasi di negara tersebut.

Penting untuk diingat bahwa tenaga medis adalah satu-satunya orang yang memiliki hak untuk melakukan penanganan medis bagi pemain ataupun ofisial yang mengalami cedera atau mengalami gangguan kesehatan. Selain dokter, selama pertandingan berlangsung, semestinya tidak boleh ada pihak manapun yang melakukan tindakan medis. Setiap tenaga medis yang merupakan bagian dari klub pun diwajibkan untuk hadir di lapangan pada setiap pertandingan.

Pihak penyelenggara pertandingan, atau biasanya tim kandang, juga harus menyediakan satu orang dokter lain sebagai dokter pertandingan. Ia akan bertindak ketika terjadi sesuatu yang tidak terduga sehingga harus segera dilakukan tindakan.

Selain seorang dokter, pihak penyelenggara pertandingan juga harus menyediakan tenaga medis lain yang selalu siap membawa tandu dan peralatan P3K. Mereka juga harus selalu siaga untuk memberikan bantuan kepada tim dokter saat menangani pemain yang cedera. Sebagaimana dokter, para tenaga medis juga harus memiliki kualifikasi sesuai dengan standar FIFA.

Dari segi peralatan, FIFA sudah dengan sangat jelas menginstruksikan alat-alat medis yang harus disiapkan oleh tim medis pertandingan maupun tim dokter tim. FIFA menyebut peralatan ini dalam satu tas yang disebut FIFA Medical Emergency Bag (FMEB). Beberapa peralatan yang harus tersedia di dalam tas ini di antaranya adalah alat infus, ventilation bag, blood pressure monitor, dan beberapa alat-alat kesehatan lainnya.

Prev1 of 2Next

Komentar Pengunjung

Facebook Auto Publish Powered By : XYZScripts.com