Segitiga Penghalang Revolusi Sepakbola Indonesia

Pada 25 February 2016 10:43 WIB

fdsinews.com – Segitiga Penghalang Revolusi Sepakbola Indonesia Setelah mendengar desas-desus tentang akan di Bubarkannya BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) atas rekomendasi Menpan RB Yuddy Chrisnandi, dikarenakan ada Pemborosan Kewenangan menjadikan ada tumpang tindih antara intitusi yang sama. Dalam hal ini Menpan RB menyoroti tumpang tindih antara tugas BOPI selaku “Badan yang berwenang melakukan pembinaan, pengembangan, pengawasan dan pengendalian terhadap setiap kegiatan olahraga profesional Indonesia.

BOPI merupakan Lembaga nonstruktural mandiri yang dibentuk oleh Pemerintah dan bertanggung jawab kepada Menteri Negara Pemuda dan Olahraga.” dengan PSSI selaku federasi Sepakbola Nasional yang mewadahi dan menyelenggarakan Kompetisi Sepakbola Profesional yang mereka putar selama ini. Awal kekisruhan antara Menpora dengan PSSI adalah begitu carut-marutnya Kompetisi Sepakbola Profesional kita yang mereka putar jauh bisa dibilang ‘PROFESIONAL”. Kita sudah sering dengar Klub-klub yang berlaga di ISL (Indonesia Super League) sering menunggak gaji Pemain, pelatih sampai offisial tim. Sampai ada Pemain yang meregang nyawa karena tidak kesanggupannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Setiap Pertandingan seolah sudah diatur oleh para bandar-bandar judi sehingga kompetisi penuh dengan Pertandingan “Sepakbola Gajah”. Dari Wasit, Pemain, Manager Tim sampai Pengelola Liga, Exco menjadi aktor yang handal dalam menentukan hasil Pertandingan Liga yang mereka putar istilah kerennya “Match Fixing”.

Dengan Keruwetan yang ada mustahil kita melihat ada bibit-bibit baru pemain-pemain handal bertalenta lahir didalam Kompetisi penuh lumpur dosa para penyuap dan bandar-bandar judi, yang ada malah lahir pemain dengan mata duitan yang hanya main mata atas suruhan Bandar-bandar Judi tersebut untuk kemenangan mereka. Disinilah BOPI hadir, meluruskan aturan bila ISL digelar harus menerapkan 5 aspek Profesional Klub yakni dari aspek legalitas, aspek keuangan, aspek pelaku olahraga profesional, aspek pembinaan usia muda, dan aspek kegiatan sosial, Justru BOPI menegakkan aturan dalam Statuta FIFA yang selama ini PSSI lewat PT Liga Indonesia abai memenuhi persyaratan tersebut. Inilah awal Pembekuan PSSI oleh Kemenpora setelah melalui surat teguran yang tidak diindahkan oleh PSSI.

Belum genap 1 tahun, tepatnya hari ini Seorang Agum Gumelar selaku Ketua Team Ad Hoc bentukan PSSI menemui Presiden Joko Widodo dengan membawa segunung berita negatif atas nasib Sepakbola nasional bila Pemerintah dalam hal ini Presiden dan Menpora bila tidak mau mencabut Surat Pembekuan terhadap PSSI tertanggal 17 April 2015 lalu. Pak Agum begitu mahir membawa kepentingan PSSI yang bukan rahasia umum lagi adalah Federasi Sepakbola yang dikangkangi oleh Nirwan Bakrie yang saat ini sangat gamblang dijalankan oleh Lanyala dan Joko Driyono. Mereka sangat terpukul dalam 1 tahun kemarin ISL tidak dapat di gelar karena TUGAS BOPI dijalankan dengan benar.

Tapi pengaruh Magis NDB begitu jauh, bukan hanya dari lingkaran mereka saja yang mendukung tapi di dalam Pemerintahan Jokowi banyak orang-orang yang dekat dengan Keluarga Bakrie yang mudah untuk menyingkirkan batu kerikil yang menghalangi Kompetisi yang Pura-pura Profesional gawean mereka. Dan terbukti Menpan RB Yuddy Chrisnandi adalah mantan kader Golkar walaupun sekarang berbaju Hanura, jelas kepentingan Klan Bakrie bisa dilaksanakan dengan Membubarkan BOPI sebagai Pertahanan terakhir dalam mewujudkan kompetisi Sepakbola nasional yang ‘benar-benar Profesional’. belum lagi Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan adalah bersahabat dekat dengan Bakrie, dukungan Moral dan full support untuk menyingkirkan BOPI adalah perkara mudah ditambah Wakil Presiden Jusuf Kalla pun mendukung penuh. Ditambah Staff Khusus Presiden Teten Masduki telah di lobby secara Profesional untuk mendukung pencabutan Pembekuan PSSI.

Mudah-mudahan Menpora dan Presiden Jokowi masih KOPPIG dan melihat jernih dalam kasus PSSI. Jika Pencabutan pembekuan ini dilaksanakan dalam 1-2 hari ini tanpa prasyarat terhadap semua Pengurus PSSI (lebih ideal pengurus saat ini diganti dengan wajah baru), seperti Transparansi Keuangan organisasi, menerapkan semua aspek Profesional terhadap semua klub yang akan berlaga di Kompetisi Profesional. Tidak hanya bermodalkan fanatisme Suporter klub, tapi Klub tersebut harus memenuhi hal dasar dalam segi legalitas, Infrastruktur, Supporting, manajerial dan Finansial. Sampai kapanpun Sepakbola INDONESIA tidak akan pernah menemui yang namanya kejayaan Di setiap event-event International jika para pelaku dan pengurus PSSI masih seperti saat ini. ditulis oleh : Hakan Sukur

Komentar Pengunjung

Facebook Auto Publish Powered By : XYZScripts.com