Ditekuk Myanmar, Garuda Jaya Terpaksa Kembali Ke Bumi

Pada 8 May 2014 09:52 WIB

Himam Miladi – FDSINews

Kekalahan skuad Garuda Jaya dari tamunya Myanmar U-19 di kandang sendiri tadi malam mungkin menjadi pukulan yang cukup telak bagi pelatih Indra Sjafrie. Bagaimana tidak, selama ini pelatih timnas U-19 itu terus menerus memotivasi anak asuhnya dengan beberapa pernyataan yang menyundul langit. Tentu kita masih ingat ketika timnas U-19 mampu lolos fase grup dengan menjungkalkan juara bertahan Korea Selatan U-19, Indra Sjafrie lantas berkata, bahwa Macan Asia itu sudah bangun dari tidurnya. Beberapa tawaran ujicoba dari timnas-timnas negara tetangga pun ditolaknya, dengan alasan Indonesia sudah jauh berada di level Asia, bukan Asean.

“Kalau lawan tim sesama Asia, bukan lawan kami. Korea Selatan saja yang juara Piala AFC sudah kami kalahkan. Malaysia pun bisa kami injak-injak sekarang. Sementara Timor Leste, jelas bukan lawan kami,” pungkas Indra Sjafrie seperti dilansir dari Bola.net.

Atau juga pernyataan setinggi langit dari Indra Sjafrie bahwa Jepang pun sekarang keringatan melihat progres timnas U-19. “Sekarang, termasuk Jepang mereka sedikit berkeringat memikirkan kita. Tekanan perlu dilakukan. Saya sebagai pribadi merupakan orang yang yakin. Pasti Indonesia menang melawan Myanmar,” ujar Indra seperti dilansir dari tribunnews.com

Sayangnya, ucapan Indra Sjafrie tersebut seakan membentur batu dan memaksa para punggawa timnas U-19 untuk kembali menunduk, menginjakkan kakinya ke bumi usai terbang tinggi ke langit. Dua kali melawan Myanmar U-19, terlihat betapa permainan timnas U-19 sudah jauh berbeda dengan apa yang mereka tampilkan dulu ketika menjuarai AFF dan lolos AFC Cup. Kerjasama satu dua antar pemain berubah menjadi umpan-umpan panjang yang sering tidak menemui sasarannya. Seakan-akan timnas U-19 mencoba meniru pola permainan kakak seniornya yang selama ini memang terkenal dengan umpan-umpan panjangnya.

Kita juga bisa melihat, bahwa semenjak juara AFF, kualifikasi AFC, tur nusantara dilanjut tur timur tengah hingga pertandingan ujicoba melawan Myanmar, Indra Sjafri praktis selalu menerapkan skema 4-3-3, dengan susunan pemain yang hampir sama pula. Beberapa pemain bahkan tidak tergantikan posisinya. Strategi ini mungkin dimaksudkan pelatih agar para pemain semakin padu dan menyatu dalam satu skema permainan. Namun, ada sisi negatif yang bisa berakibat fatal. Dengan satu skema yang sama hampir di tiap pertandingan, calon lawan akan mudah memantau dan mengantisipasi pola permainan timnas U-19 ini. Dan jika ada satu pemain inti yang cedera atau tidak dapat dimainkan, pemain pengganti akan kesulitan beradaptasi, lantaran minimnya jam terbang mereka.

Pekerjaan rumah bagi Indra Sjafrie dan BTN sekarang adalah bagaimana membenahi mental para pemain usai mimpi mereka tiba-tiba dihempaskan secara telak. Optimis itu penting, tapi kadangkala optimis itu lebih dekat pada kesombongan. Setidaknya Indra Sjafrie tak perlu lagi berkomentar setinggi langit dan terkesan meremehkan siapa saja, seakan-akan timnas U-19 sudah mencapai pucuk langit. Berikanlah pernyataan optimis yang sewajarnya saja. Bangun mental punggawa timnas U-19 dengan kerendahan hati, namun dengan jiwa dan semangat yang tinggi.

Begitu pula dengan teknik permainan. Sudah waktunya Indra Sjafrie mempersiapkan skema permainan dan strategi yang berbeda, serta lebih banyak menurunkan pemain pelapis. Ujicoba tetap harus dilakukan, namun tidak dengan cara memforsir tenaga anak-anak muda tersebut. Bagaimanapun juga, anak-anak muda itu pun juga butuh mengistirahatkan fisik dan jiwa mereka. Ada baiknya Indra Sjafrie mengistirahatkan sementara para pemain. Biarkan mereka pulang kampung, kembali ke pelukan orang tua. Jangan terus menerus diforsir pertandingan. Apalagi jika mengingat BTN bermaksud mengadakan tur nusantara jilid 2 mulai Juni nanti. Pilih lawan yang berkualitas, dan bukannya lebih mementingkan pada kuantitas pertandingan.

=====
*Penulis aktif di kompasiana dengan nama samaran Primata Euroasia

Komentar Pengunjung

3 Comments

  1. Kuyucu

    19 February 2016 at 08:10

    HomeVideoPhotosGMAYear in ReviewLiveRoomOddComicsTravelOpinionTrending NowWho Knew?WeatherThe UpbeatWorldWorld VideoMiddle EastEuropeLatin AmericaAfricaAsiaCanadaAustralia/AntarcticaEntertainmentVideoClinton ConcertCelebrityTVMoviesMusicFashionBooksArtsTheaterDear AbbyComicsOdd NewsTechGadgetsWirelessAppleSocial MediaSecurityOpen SourceGamingAppsThis Could Be BigUpgrade Your LifeScienceScience VideoWeather NewsSpace / AstronomyPetsDinosaurs / FossilsBiotechEnergyGreenBlogsThe LookoutThe SideshowAround the WorldKatie TakePower PlayersThis Could Be BigNewsmakersTrending NowJust Explain ItThe UpbeatVictoria plans action after girl’s raiacl slur(Reuters) A teenage girl’s abusive slur aimed at Australian Rules Football player Adam Goodes has jolted the state of Victoria into establishing programs that will educate children on racism, according to local media on Saturday. The 33yearold Sydney Swans player, who is of Indigenous Australian heritage, was called an ape by the 13yearold spectator at Friday’s AFL game against Collingwood at the MCG in Melbourne. Goodes told a news conference he was gutted by the remark but added that the girl, who was escorted out of the stadium following the incident, had called him to apologies. .

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Facebook Auto Publish Powered By : XYZScripts.com